-
Buku ini, yang berjudul “Diplomasi Energi Amerika Serikat Dalam Mendukung Transisi Energi Terbarukan di Negara Anggota G-20 Pada Era Pemerintahan Joe Biden,” mengkaji bagaimana strategi dan kebijakan energi Amerika Serikat mempengaruhi upaya global untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Salah satu inisiatif penting adalah pengembangan teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS), yang diusung sebagai bagian dari upaya internasional untuk mendukung pengurangan emisi karbon sesuai dengan komitmen G-20 terhadap Paris Agreement. Dalam konteks North and South Diplomacy, peran negara berkembang sebagai pengadopsi teknologi menjadi sangat krusial, terutama dalam upaya global untuk mencapai target-target iklim yang ambisius seperti yang diamanatkan oleh Paris Agreement. Negara-negara maju di belahan bumi utara, seperti Amerika Serikat dan Kanada, memimpin dalam pengembangan dan penerapan teknologi mutakhir seperti Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Sebagai pengadopsi teknologi, negara-negara berkembang dihadapkan pada berbagai tantangan, termasuk keterbatasan infrastruktur, sumber daya finansial, dan kapasitas teknis. Oleh karena itu, North and South diplomacy memainkan peran penting dalam menjembatani kesenjangan ini. -
Konflik di Darfur telah lama menjadi salah satu konflik yang paling memprihatinkan di dunia, dengan berbagai implikasi kemanusiaan dan geopolitik. Namun, di balik narasi utama tentang penderitaan dan kekacauan, terdapat dinamika yang lebih subtil tetapi tidak kalah penting: bagaimana negara-negara besar seperti Cina memanfaatkan diplomasi energi untuk mengamankan kebutuhan strategis mereka, bahkan di tengah ketidakstabilan yang ekstrem. Cina, sebagai salah satu negara dengan tingkat konsumsi energi terbesar di dunia, telah menempatkan keamanan energi sebagai salah satu pilar utama dalam kebijakan luar negerinya. Buku ini mencoba mengulas bagaimana Cina menjalankan diplomasi energi dalam mengamankan suplai energi dari Sudan di tengah eskalasi konflik yang terjadi di Darfur pada periode 2015-2020. Pemilihan periode ini tidak lepas dari berbagai perkembangan penting dalam geopolitik internasional, termasuk meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut serta perubahan dinamika hubungan internasional yang dipengaruhi oleh perubahan kepemimpinan global. -
Buku ini terdiri dari sepuluh bab yang dirancang secara sistematis untuk memperkenalkan dan mendalami teori-teori kunci dalam hubungan internasional. Bab pertama memberikan landasan dasar mengenai studi dan teori hubungan internasional, yang penting bagi pembaca untuk memahami konteks dan relevansi teori-teori yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya. Bab II membahas Mazhab Inggris, sebuah pendekatan yang menekankan pentingnya norma, hukum internasional, dan masyarakat internasional dalam hubungan antarnegara. Selanjutnya, Bab III memperkenalkan Konstruktivisme, sebuah teori yang menyoroti peran ide dan identitas dalam membentuk politik global. Bab IV mengupas Teori Kritis, yang mengajak kita untuk melihat hubungan internasional melalui lensa kritis, mempertanyakan struktur kekuasaan dan ketidakadilan yang ada. Bab V melanjutkan dengan pembahasan mengenai Neomarxisme, yang berfokus pada dinamika ekonomi politik global dan ketidaksetaraan struktural. Post Strukturalisme, yang menjadi fokus Bab VI, menawarkan perspektif yang berbeda dalam memahami hubungan internasional, dengan menekankan analisis diskursif dan dekonstruksi. Bab VII kemudian mengangkat Feminisme, yang mengkritisi bias gender dalam studi hubungan internasional dan mendorong inklusivitas dalam analisis global. Di Bab VIII, Green Theory diperkenalkan sebagai pendekatan yang menekankan pentingnya keberlanjutan lingkungan dalam hubungan internasional. Bab IX melengkapi pembahasan dengan teori-teori non-Barat, yang menantang dominasi teori Barat dalam studi hubungan internasional dan menawarkan perspektif alternatif yang lebih beragam. Akhirnya, Bab X menyajikan kesimpulan yang merangkum seluruh pembahasan, memberikan refleksi kritis, serta menawarkan pandangan ke depan bagi studi hubungan internasional. -
Buku ini, “Cave Hic Dragones: Memahami Kekuatan Struktural dalam Ekonomi Global”, hadir untuk memperkuat pemahaman mahasiswa mengenai dinamika Ekonomi Politik Internasional (IPE) dan cara mempelajarinya dari tataran teoretis hingga pada aras yang lebih membumi di ranah implikasi praktisnya. Sebagai mahasiswa Hubungan Internasional, penting untuk memahami kekuatan struktural yang membentuk ekonomi global dan bagaimana kekuatan tersebut mempengaruhi negara kita. Dengan pemahaman ini, kita dapat lebih waspada dan siap menghadapi tantangan yang datang dari kekuatan eksternal yang terus berubah. Judul buku ini, “Cave Hic Dragones,” diambil dari frasa Latin yang berarti “Hati-hati, di sini ada naga.” Frasa ini digunakan pada peta kuno untuk menandai daerah-daerah yang belum dipetakan atau berbahaya, di mana penjelajah mungkin menghadapi risiko yang tidak diketahui. Dalam konteks buku ini, frasa tersebut menggambarkan dunia ekonomi politik internasional yang kompleks dan seringkali penuh dengan risiko dan ketidakpastian. Ekonomi global saat ini penuh dengan “naga”—tantangan struktural dan dinamika kekuasaan yang dapat mempengaruhi stabilitas dan kesejahteraan negara. Dalam buku ini, kita akan menjelajahi berbagai konsep dan perspektif dalam IPE, mulai dari sejarah perkembangannya hingga teori-teori kontemporer yang relevan. Kita akan mempelajari bagaimana kebijakan laissez-faire dan kapitalisme mempengaruhi perekonomian global, serta bagaimana merkantilisme dan neomerkantilisme tetap relevan di era modern ini. Selain itu, kita juga akan mendalami perspektif strukturalisme yang menyoroti ketimpangan dan eksploitasi pasar, serta struktur-struktur utama dalam ekonomi politik internasional seperti keamanan global, produksi dan perdagangan global, moneter dan finansial global, serta pengetahuan dan teknologi global. Pembelajaran EPI sangat relevan dalam konteks globalisasi saat ini, di mana interkoneksi antara negara-negara semakin erat dan kompleks. Sebagaimana dinyatakan oleh Stiglitz (2002), globalisasi membawa serta tantangan dan peluang yang harus dihadapi dengan bijak dan penuh kesiapsiagaan. Globalisasi ekonomi mempercepat aliran barang, jasa, dan modal antar negara, tetapi juga meningkatkan risiko ketidakstabilan ekonomi global yang dapat berdampak signifikan pada ekonomi domestik. -
Buku ini bertujuan untuk memperkenalkan, mendalami, dan mengkontekstualisasikan bagaimana konstruktivisme menjadi pendekatan yang signifikan dan relevan dalam memahami dinamika politik internasional. Dengan pendekatan yang interdisipliner, buku ini menyajikan kerangka teoritis, metodologi, serta analisis empiris yang kaya dan komprehensif. Pendekatan konstruktivisme dalam Hubungan Internasional menekankan pada pentingnya norma, identitas, dan interaksi sosial dalam membentuk kepentingan dan perilaku negara. Berbeda dengan pendekatan realis dan liberal yang lebih menekankan pada materialitas dan rasionalitas, konstruktivisme menawarkan perspektif yang lebih dinamis dan kontekstual. Buku ini menjelaskan bagaimana identitas dan norma terbentuk, dipertahankan, dan dapat berubah melalui proses interaksi sosial dan politik. Bab-bab awal buku ini akan memperkenalkan dasar-dasar teori konstruktivisme, sejarah perkembangannya, serta tokoh-tokoh penting yang telah berkontribusi dalam mengembangkan pendekatan ini. Selanjutnya, pembaca akan diajak untuk mengeksplorasi berbagai studi kasus yang mengilustrasikan bagaimana norma dan identitas mempengaruhi kebijakan luar negeri dan hubungan antar negara. Studi-studi ini tidak hanya memberikan pemahaman teoritis, tetapi juga menawarkan wawasan praktis tentang bagaimana kebijakan internasional dapat dianalisis dan dipahami melalui lensa konstruktivisme. Selain itu, buku ini juga membahas berbagai metodologi yang dapat digunakan dalam penelitian konstruktivis, mulai dari analisis wacana hingga studi etnografis. Penulis berupaya untuk menunjukkan bagaimana metode-metode ini dapat diterapkan dalam penelitian konkret untuk menggali dinamika sosial dan politik yang kompleks. -
Dalam beberapa dekade terakhir, diplomasi publik telah menjadi instrumen penting dalam hubungan internasional, khususnya bagi Cina. Buku "Diplomasi Publik Cina ke Indonesia Di Era Presiden Hu Jintao dan Presiden Xi Jinping" hadir untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang bagaimana Cina memanfaatkan diplomasi publik untuk memperkuat hubungannya dengan Indonesia selama masa pemerintahan kedua presiden ini. Pada era Presiden Hu Jintao, hubungan Cina-Indonesia mengalami peningkatan pesat dengan fokus pada kerjasama ekonomi dan perdagangan, sementara di era Presiden Xi Jinping, inisiatif besar seperti Belt and Road Initiative (BRI) memainkan peran penting dalam memperkuat pengaruh Cina di Indonesia. -
Dalam era perubahan iklim global dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan, diplomasi hijau atau green diplomacy muncul sebagai instrumen penting dalam hubungan internasional. Buku "Green Diplomacy in Action: Diplomasi Lingkungan Amerika Serikat-Indonesia melalui Skema Debt for Nature Swap" bertujuan untuk mengupas tuntas bagaimana kedua negara menjalin kerja sama dalam upaya konservasi lingkungan melalui mekanisme inovatif yang dikenal sebagai debt for nature swap. Buku ini tidak hanya menggambarkan kerangka kerja diplomasi hijau tersebut, tetapi juga menyoroti keberhasilan, tantangan, dan dampak dari implementasinya. -
Dalam dunia yang semakin terhubung dan saling ketergantungan ini, energi menjadi salah satu faktor kunci yang menggerakkan dinamika geopolitik global. Buku "Geopolitik Energi Norwegia: Tuduhan War Profiteering dalam Ketegangan Rusia-Uni Eropa" hadir untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai peran Norwegia dalam lanskap energi Eropa dan bagaimana dinamika ini dipengaruhi oleh ketegangan antara Rusia dan Uni Eropa. Buku ini bertujuan untuk mengeksplorasi berbagai tuduhan terhadap Norwegia terkait dugaan war profiteering dalam situasi yang kompleks dan sarat kepentingan politik ini. -
Terjadinya Perang Korea di tahun 1950 hingga 1953 merupakan salah satu dampak dari Perang Dingin, di mana perang tersebut telah menimbulkan persaingan ideologi antara Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet (Cahyo, 2012). Melalui adanya persaingan antara kedua blok tersebut telah memberikan dampak yang cukup besar di beberapa kawasan, khususnya Asia Timur di mana telah terjadinya perebutan wilayah kekuasaan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet di Semenanjung Korea yang menimbulkan perpecahan Korea. Korea Utara sendiri telah menjadi negara sosialis yang dipimpin oleh Kim Il Sung dan didominasi oleh Blok Timur. Sementara, Korea Selatan telah didominasi oleh pengaruh dari Blok Barat dan menjadi negara kapitalis. -
Naskah ini disusun sebagai respons terhadap tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengelola dan membangun wilayah perbatasan negara yang merupakan area kritis dari kedaulatan dan integritas nasional. Buku ini adalah hasil dari kajian mendalam dan diskusi berkelanjutan mengenai dinamika geopolitik yang mempengaruhi Indonesia serta tantangan dan peluang dalam pengelolaan batas wilayah dan kawasan perbatasan. Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki kompleksitas geografis dan geopolitik yang unik. Posisi strategisnya di jalur perdagangan dan lalu lintas maritim global menjadikan pengelolaan batas wilayah dan kawasan perbatasan tidak hanya penting bagi integritas teritorial, tapi juga bagi stabilitas regional dan keamanan nasional. Melalui buku ini, kami berusaha menyajikan analisis mendalam tentang kebijakan-kebijakan dan strategi yang telah dan sedang diterapkan oleh Indonesia dalam menghadapi berbagai isu terkait batas wilayah dan kawasan perbatasan. -
Karya ini lahir sebagai wujud rasa syukur Tim penulis dalam menyaksikan kedigdayaan Tuhan atas limpahan nikel di perut bumi Indonesia. Nikel menjadi komoditas primadona yang diburu bangsa lain, sedangkan keberlimpahan di negeri sendiri tetap ada batasnya. Eksistensi nikel ini lantas mampu menimbulkan semacam “kutukan” apabila tidak didayagunakan secara efektif dan maksimal. Eksploitasi nikel tentu tidak bisa dilakukan secara sembarangan dan perlu memenuhi aspek keberlanjutan serta tidak boleh meninggalkan prinsip keselarasan dalam Pancasila. Nikel sebagai komoditas primadona di mata dunia dalam kacamata yang lebih luas dapat dikaji dari sudut pandang trilema energi hingga perdagangan dan diplomasi global. Oleh sebab itu, buku ini menyediakan analisis yang kompleks dan menyeluruh terkait apapun yang Anda butuhkan untuk membedah eksistensi nikel. Sejarah, perkembangan industri nikel di Indonesia, instrumentalisasi diplomasi global untuk menyokong konstelasi nikel Indonesia di pasar global, upaya mencapai aspek keberlanjutan dalam mengeksploitasi nikel, hiruk pikuk konflik nikel di Indonesia hingga nilai-nilai Pancasila yang secara implisit mampu kita temukan dari komoditas nikel itu sendiri. Dengan demikian, buku ini diharapkan dapat menjadi media untuk membuka cakrawala pembaca dari segala latar belakang guna bersama-sama memahami, menyadari, mengakui, dan peduli terhadap realitas dari nikel Indonesia. Cambuk pedas rantai globalisasi yang berusaha mencaplok nikel Indonesia di era globalisasi ekonomi ini begitu terasa implikasinya ketika Uni Eropa harus turun tangan untuk menyelamatkan kepentingannya, tanpa dapat mengelak bahwa terdapat juga ketergantungan negara adidaya terhadap berkelimpahannya nikel dalam negeri. Oleh sebab itu, Tim penulis juga berharap pembaca dari seluruh kalangan mampu menyadari bahwa perlu dijaganya nikel Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia agar tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan bangsa asing. -
Dalam sorotan tajam sejarah, kita menemukan momen-momen yang mengubah arah perjalanan peradaban manusia. Salah satu momen bersejarah terbaru yang membuka jendela bagi pemahaman dan refleksi adalah buku ini, yang menggali lapisan terdalam motif di balik serangan militer berskala besar oleh Rusia ke Ukraina pada tanggal 24 Februari 2022. Buku ini tidak hanya menjadi babak baru dalam sejarah Ukraina, tetapi juga menjadi peristiwa yang menarik perhatian dunia internasional. Buku ini bertujuan untuk meresapi esensi tindakan luar negeri Rusia dalam bingkai interaksi antara agen dan struktur di sistem internasional. Awalnya, eskalasi konflik antara Rusia dan Ukraina muncul dari ketidaksetujuan antara NATO, Amerika Serikat, dan Rusia tentang perluasan keanggotaan NATO di Eropa Timur, terutama Ukraina. Namun, kisah ini lebih dari sekadar perbedaan pandangan; ini adalah pertempuran konsep dan persepsi yang membentuk keputusan dan tindakan negara-negara besar. Buku ini melibatkan pendekatan kualitatif dengan fokus pada aspek historis dan interpretasi kerangka kerja. Penulis akan memandang peristiwa ini melalui lensa konstruktivisme sosial dengan menggunakan pendekatan tripartite sebagai instrumen analisis. Melalui pengumpulan data dari berbagai sumber literatur, buku ini membuka pintu untuk memahami bagaimana kapabilitas nonmaterial dan faktor-faktor struktural memengaruhi persepsi agen dalam menghadapi kondisi objektif tertentu, yang pada gilirannya membentuk landasan kebijakan luar negeri mereka. Dalam konteks ini, buku ini menganalisis bagaimana setting sosial politik dan situasi geopolitik yang melingkupi Rusia dan Ukraina membentuk persepsi Rusia. Hasil analisis ini kemudian membawa kita ke dalam dimensi dispositional, di mana preferensi dan pilihan kebijakan Rusia mulai terungkap. Pada akhirnya, ini adalah kisah tentang perjalanan dari dimensi struktural hingga dimensi dispositional, yang membimbing langkah-langkah intensi luar negeri Rusia yang mendebarkan. Buku ini adalah persembahan kepada mereka yang mencari pemahaman lebih dalam tentang dinamika politik internasional dan konflik geopolitik. Semoga buku ini menginspirasi pembaca untuk terus memperjuangkan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia yang kompleks ini dan mengejar perdamaian serta stabilitas global yang lebih baik.