• Dalam dunia yang semakin terhubung dan saling ketergantungan ini, energi menjadi salah satu faktor kunci yang menggerakkan dinamika geopolitik global. Buku "Geopolitik Energi Norwegia: Tuduhan War Profiteering dalam Ketegangan Rusia-Uni Eropa" hadir untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai peran Norwegia dalam lanskap energi Eropa dan bagaimana dinamika ini dipengaruhi oleh ketegangan antara Rusia dan Uni Eropa. Buku ini bertujuan untuk mengeksplorasi berbagai tuduhan terhadap Norwegia terkait dugaan war profiteering dalam situasi yang kompleks dan sarat kepentingan politik ini.
  • Dalam beberapa dekade terakhir, diplomasi publik telah menjadi instrumen penting dalam hubungan internasional, khususnya bagi Cina. Buku "Diplomasi Publik Cina ke Indonesia Di Era Presiden Hu Jintao dan Presiden Xi Jinping" hadir untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang bagaimana Cina memanfaatkan diplomasi publik untuk memperkuat hubungannya dengan Indonesia selama masa pemerintahan kedua presiden ini. Pada era Presiden Hu Jintao, hubungan Cina-Indonesia mengalami peningkatan pesat dengan fokus pada kerjasama ekonomi dan perdagangan, sementara di era Presiden Xi Jinping, inisiatif besar seperti Belt and Road Initiative (BRI) memainkan peran penting dalam memperkuat pengaruh Cina di Indonesia.
  • Buku ini berisi pembahasan mengenai konsep globalisasi, mulai dari asal-usul, perkembangan, hingga dampaknya di berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, politik, dan budaya. Kami menguraikan fenomena globalisasi dari sudut pandang sejarah serta teori-teori kunci yang memberikan pemahaman komprehensif tentang bagaimana globalisasi membentuk tatanan dunia saat ini. Selain itu, kami membahas tantangan-tantangan yang muncul akibat ketimpangan sosial dan ekonomi yang diperburuk oleh globalisasi. Buku ini juga menyoroti bagaimana teknologi, terutama digitalisasi, mempercepat arus globalisasi dan memengaruhi kehidupan manusia sehari-hari di abad ke-21. Urgensi mempelajari topik globalisasi tidak dapat disangkal lagi. Dengan memahami fenomena ini, kita dapat lebih siap menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan ekonomi, dan migrasi besar-besaran yang mempengaruhi kehidupan jutaan orang. Buku ini diharapkan mampu menjadi panduan bagi para pembaca dalam memahami kompleksitas globalisasi, sekaligus memotivasi untuk berkontribusi dalam mencari solusi atas dampak negatif yang ditimbulkan.
  • Buku ini berusaha mengupas secara mendalam tentang bagaimana pandemi COVID-19 membuka banyak dimensi baru terkait politik global, nasionalisme vaksin, dan distribusi kesehatan masyarakat. Buku ini mengeksplorasi bagaimana distribusi vaksin di seluruh dunia tidak hanya didasarkan pada kebutuhan medis, tetapi juga ditentukan oleh faktor politik, ekonomi, dan nasionalisme. Di banyak negara, terutama negara maju, vaksin dianggap sebagai alat kekuatan nasional dan alat diplomasi, yang menyebabkan ketidakadilan dalam distribusinya, terutama bagi negara-negara berkembang. Buku ini juga menggambarkan bagaimana keraguan vaksin (vaccine hesitancy) dan politisasi vaksinasi menjadi penghambat besar dalam upaya global untuk mengendalikan pandemi. Di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, keraguan ini sering kali didorong oleh informasi yang salah, pengaruh politik, serta peran media yang memperburuk situasi dengan menyebarkan narasi yang saling bertentangan. Situasi ini memicu lebih banyak tantangan dalam upaya vaksinasi massal, yang seharusnya menjadi solusi efektif untuk mengakhiri pandemi. Selain itu, buku ini menyoroti perbedaan dalam respons pemerintah dan masyarakat terhadap vaksin di berbagai belahan dunia. Di beberapa negara, insentif seperti lotere, uang tunai, dan berbagai hadiah lainnya ditawarkan untuk mendorong masyarakat agar mau divaksinasi. Meskipun beberapa inisiatif ini berhasil meningkatkan angka vaksinasi, banyak juga yang tidak berdampak signifikan karena permasalahan politik dan keraguan masyarakat yang sudah terlanjur mengakar.
  • Buku ini bertujuan untuk memperkenalkan, mendalami, dan mengkontekstualisasikan bagaimana konstruktivisme menjadi pendekatan yang signifikan dan relevan dalam memahami dinamika politik internasional. Dengan pendekatan yang interdisipliner, buku ini menyajikan kerangka teoritis, metodologi, serta analisis empiris yang kaya dan komprehensif. Pendekatan konstruktivisme dalam Hubungan Internasional menekankan pada pentingnya norma, identitas, dan interaksi sosial dalam membentuk kepentingan dan perilaku negara. Berbeda dengan pendekatan realis dan liberal yang lebih menekankan pada materialitas dan rasionalitas, konstruktivisme menawarkan perspektif yang lebih dinamis dan kontekstual. Buku ini menjelaskan bagaimana identitas dan norma terbentuk, dipertahankan, dan dapat berubah melalui proses interaksi sosial dan politik. Bab-bab awal buku ini akan memperkenalkan dasar-dasar teori konstruktivisme, sejarah perkembangannya, serta tokoh-tokoh penting yang telah berkontribusi dalam mengembangkan pendekatan ini. Selanjutnya, pembaca akan diajak untuk mengeksplorasi berbagai studi kasus yang mengilustrasikan bagaimana norma dan identitas mempengaruhi kebijakan luar negeri dan hubungan antar negara. Studi-studi ini tidak hanya memberikan pemahaman teoritis, tetapi juga menawarkan wawasan praktis tentang bagaimana kebijakan internasional dapat dianalisis dan dipahami melalui lensa konstruktivisme. Selain itu, buku ini juga membahas berbagai metodologi yang dapat digunakan dalam penelitian konstruktivis, mulai dari analisis wacana hingga studi etnografis. Penulis berupaya untuk menunjukkan bagaimana metode-metode ini dapat diterapkan dalam penelitian konkret untuk menggali dinamika sosial dan politik yang kompleks.
  • Menulis kebijakan luar negeri Indonesia mungkin menjadi favorit kebanyakan akademisi Hubungan Internasional (HI) di Indonesia. Hal ini lumrah sebab sebagai warga negara Indonesia, akademisi HI Indonesia merasa perlu meneliti topik yang dekat dengan mereka. Aspek proximity ini kerapkali menjadi alasan mengapa banyak akademisi HI Indonesia menulis topik riset tentang kebijakan luar negeri Indonesia. Di luar itu, tentu saja ada beragam faktor. Misalnya saja kesadaran akan jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa besar (great nation). Rasa patriotisme tersebut melatarbelakangi penulisan karya ini. Penulisan karya ini bukan dimaksudkan untuk mengglorifikasi identitas personal Indonesia tersebut. Alih-alih, hal ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan alternatif dibandingkan karya-karya sejenis yang hampir semuanya dibingkai menggunakan konsep diplomasi middle power.
  • Buku ini hadir sebagai upaya memahami dinamika ekonomi politik internasional yang kian kompleks di era globalisasi. Di tengah perkembangan teknologi dan perubahan geopolitik yang pesat, isu-isu transnasional seperti perdagangan bebas, integrasi keuangan, hingga tantangan lingkungan hidup menjadi semakin signifikan. Melalui kajian mendalam dalam buku ini, pembaca akan diperkenalkan pada beragam perspektif dan pendekatan dalam melihat dampak globalisasi ekonomi terhadap negara-negara berkembang, terutama dalam konteks ketidaksetaraan, kebijakan ekonomi, dan kedaulatan nasional. Dengan struktur yang sistematis, buku ini menjabarkan topik-topik krusial yang kerap diabaikan dalam diskursus ekonomi konvensional. Pembahasan mengenai aliran modal lintas batas, peran institusi global, serta interaksi antarnegara dalam menyikapi isu perubahan iklim menjadi bagian penting yang diangkat. Buku ini juga mengkaji bagaimana perkembangan ekonomi dunia saat ini menciptakan tantangan dan peluang bagi berbagai negara untuk mengelola ekonomi nasionalnya dalam menghadapi tekanan global. Kami berharap buku ini dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pembaca dalam memahami isu-isu transnasional yang kian mempengaruhi perekonomian internasional. Dengan membaca buku ini, diharapkan pembaca dapat mengembangkan wawasan yang lebih kritis dan luas dalam menelaah interaksi ekonomi dan politik antarbangsa. Semoga buku ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi mahasiswa, peneliti, dan pemerhati ekonomi politik internasional dalam memahami lanskap ekonomi global yang terus berkembang.
  • Karya ini merupakan himpunan pemikiran tentang kiprah politik luar negeri Indonesia sejak era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sampai Joko Widodo. Selain itu, karya ini juga menyoroti isu keamanan internasional di kawasan Asia seiring dengan menguatnya pengaruh China di Indo-Pasifik serta krisis keamanan di Semenanjung Korea dan Laut China Selatan. Penulis juga mendiskusikan bagaimana ASEAN sebagai organisasi regional menyongsong integrasi menuju sebuah komunitas tunggal di Asia Tenggara, bagaimana perannya di tengah rivalitas negara adidaya, serta bagaimana ASEAN mengelola disparitas diantara negara anggotanya. Namun demikian, karya ini lebih dominan menyoroti politik luar negeri Indonesia sebagai bahan refleksi dan evaluasi bagi pemimpin-pemimpin Indonesia di masa mendatang bagaimana menavigasi gejolak geopolitik abad-21 yang semakin sulit diprediksi.
  • Buku ini hadir sebagai upaya untuk memperkenalkan dan menggali lebih dalam konsep-konsep penting dalam Ekonomi Politik Internasional (IPE), khususnya yang terkait dengan kekuatan struktural yang membentuk dinamika politik dan ekonomi global. Dalam buku ini, pembahasan difokuskan pada empat struktur utama yang diidentifikasi oleh Susan Strange—produksi dan perdagangan, uang dan keuangan, keamanan, serta pengetahuan dan teknologi—yang menjadi landasan penting dalam memahami interaksi antara kekuasaan, politik, dan ekonomi dalam konteks internasional. Secara garis besar, buku ini memberikan pemahaman mendalam tentang ekonomi politik internasional (EPI) melalui pembahasan struktur-struktur kunci yang membentuk interaksi global, seperti produksi, perdagangan, keuangan, keamanan, dan pengetahuan. Dalam konteks dunia yang semakin terhubung, EPI memainkan peran penting dalam menjelaskan bagaimana kekuatan ekonomi dan politik global bekerja secara bersamaan untuk membentuk kebijakan, aturan, dan norma yang memengaruhi negara-negara di seluruh dunia. Buku ini menyoroti bagaimana negara-negara kuat, institusi internasional, serta perusahaan multinasional menggunakan kekuasaan mereka untuk menciptakan tatanan global yang seringkali lebih menguntungkan mereka, sementara negara-negara berkembang berjuang untuk menavigasi kompleksitas sistem ini. Pembahasan terkait ketidaksetaraan global dalam akses terhadap teknologi, sumber daya, dan pasar juga menjadi tema penting dalam buku ini.
  • Konflik di Darfur telah lama menjadi salah satu konflik yang paling memprihatinkan di dunia, dengan berbagai implikasi kemanusiaan dan geopolitik. Namun, di balik narasi utama tentang penderitaan dan kekacauan, terdapat dinamika yang lebih subtil tetapi tidak kalah penting: bagaimana negara-negara besar seperti Cina memanfaatkan diplomasi energi untuk mengamankan kebutuhan strategis mereka, bahkan di tengah ketidakstabilan yang ekstrem. Cina, sebagai salah satu negara dengan tingkat konsumsi energi terbesar di dunia, telah menempatkan keamanan energi sebagai salah satu pilar utama dalam kebijakan luar negerinya. Buku ini mencoba mengulas bagaimana Cina menjalankan diplomasi energi dalam mengamankan suplai energi dari Sudan di tengah eskalasi konflik yang terjadi di Darfur pada periode 2015-2020. Pemilihan periode ini tidak lepas dari berbagai perkembangan penting dalam geopolitik internasional, termasuk meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut serta perubahan dinamika hubungan internasional yang dipengaruhi oleh perubahan kepemimpinan global.
  • Buku ini, yang berjudul “Diplomasi Energi Amerika Serikat Dalam Mendukung Transisi Energi Terbarukan di Negara Anggota G-20 Pada Era Pemerintahan Joe Biden,” mengkaji bagaimana strategi dan kebijakan energi Amerika Serikat mempengaruhi upaya global untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Salah satu inisiatif penting adalah pengembangan teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS), yang diusung sebagai bagian dari upaya internasional untuk mendukung pengurangan emisi karbon sesuai dengan komitmen G-20 terhadap Paris Agreement. Dalam konteks North and South Diplomacy, peran negara berkembang sebagai pengadopsi teknologi menjadi sangat krusial, terutama dalam upaya global untuk mencapai target-target iklim yang ambisius seperti yang diamanatkan oleh Paris Agreement. Negara-negara maju di belahan bumi utara, seperti Amerika Serikat dan Kanada, memimpin dalam pengembangan dan penerapan teknologi mutakhir seperti Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Sebagai pengadopsi teknologi, negara-negara berkembang dihadapkan pada berbagai tantangan, termasuk keterbatasan infrastruktur, sumber daya finansial, dan kapasitas teknis. Oleh karena itu, North and South diplomacy memainkan peran penting dalam menjembatani kesenjangan ini.
  • Pertemuan G20 di Bali tidak hanya menjadi ajang bagi Indonesia untuk memperlihatkan kebolehannya dalam diplomasi internasional, tetapi juga menjadi bukti nyata kemampuan bangsa ini dalam menghadapi tantangan global di tengah situasi yang penuh dinamika. Berbagai isu penting seperti perubahan iklim, pemulihan ekonomi pasca pandemi, serta stabilitas dan keamanan internasional menjadi topik yang dibahas secara mendalam pada pertemuan ini. Diplomasi Indonesia berhasil menjembatani perbedaan di antara berbagai negara anggota dan memfasilitasi tercapainya konsensus yang bermanfaat bagi kepentingan global. Buku ini menguraikan dengan rinci langkah-langkah diplomasi yang diambil oleh Indonesia, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan KTT G20 di Bali. Melalui serangkaian analisis dan refleksi, pembaca diajak untuk memahami kompleksitas diplomasi multilateral yang melibatkan berbagai aktor, baik dari sektor pemerintahan maupun non-pemerintahan. Kami juga menyajikan berbagai kisah di balik layar yang menggambarkan tantangan serta strategi yang digunakan oleh para diplomat Indonesia dalam memastikan kesuksesan pertemuan ini.
Go to Top