Posisi dan relasi antara Islam dan negara yang paling diinginkan oleh masyarakat Islam global tak pernah tuntas hingga detik ini. Hal itu bermula pasca berakhirnya dinasti Usmaniah di Turki hingga saat ini. Umat Islam dunia sendiri terpecah dalam memahami situasi ini. Ada yang mendukung pemikiran bahwa masalah agama dan negara terpisah tetapi tidak sedikit yang mendukung antara agama dan politik dalam Islam adalah satu serta ada juga memahami hubungan yang saling menguntungkan.
Dengan tak kunjung lelah sepanjang peradaban Islam muncul di dunia ini, seperti apa hubungan yang paling cocok ialah masalah teori dan praksis yang tidak kunjung habis menjadi bahan perbicangan di kalangan umat Islam. Di setiap negara dan kawasan, banyak tokoh populer dirujuk untuk mencari legitimasi yang paling sahih, tetapi antar satu tokoh dengan lainnya juga tidak pernah bisa bertemu. Mengingat peroalan Islam sudah berabad-abad itu, tetap perlu diadakan riset yang serius tentang mengenali pemikiran tokoh Islam mengenai negara. Pemikiran tokoh tersebut diharapkan mampu memberikan secercah pemahaman-pemahaman yang lebih segar. Bertitik tolak dari pemikiran tokoh, buku ini berupaya untuk menggali ide-ide Haikal dan Maududi. Keduanya, meski dianggap yang terdepan, namun juga tidak satu kesimpulan karena ide-ide teologi- politik kawasan setempat ikut mewarnai.
Untuk itu, penting untuk dipertanyakan, bagaimana substansi pemikiran teologis tentang negara dan hubungannya dengan keislaman dari Haikal dan Maududi. Bagaimana persamaan dan perbedaan pemikiran keduanya dan situasi sosial serta politik di dalamnya. Apa refleksi pemikiran kedua tokoh tersebut dalam hubungannya dengan politik identitas agama di Indonesia.
Ulasan
Belum ada ulasan.