• Buku ini mengulas perkembangan konsep masyarakat sipil global, suatu entitas yang berperan sebagai agen perubahan dan pengawasan di dunia yang semakin saling terhubung. Di tengah pengaruh besar negara-bangsa, masyarakat sipil global menjadi aktor yang tidak hanya berfungsi mengawasi tetapi juga mampu menggerakkan agenda-agenda normatif seperti hak asasi manusia, keadilan lingkungan, dan perubahan kebijakan global. Pembahasan dalam buku ini mencakup teori-teori dasar dalam hubungan internasional yang mengalami pergeseran dari pendekatan realis yang berfokus pada kepentingan negara ke arah pendekatan konstruktivis yang mengedepankan peran norma dan nilai-nilai etis. Sejalan dengan perkembangan masyarakat sipil global, buku ini membahas peran organisasi non-pemerintah (NGO) dan aktor-aktor non-negara lainnya yang kini menjadi bagian integral dalam mendorong kebijakan-kebijakan internasional yang lebih adil dan bertanggung jawab secara moral. Dalam konteks isu-isu global seperti perubahan iklim, hak asasi manusia, dan perdamaian dunia, masyarakat sipil global membawa perspektif baru yang mengusung nilai-nilai universal. Buku ini juga menjabarkan contoh-contoh nyata, seperti kampanye anti-ranjau darat dan pelarangan senjata nuklir, yang menunjukkan bahwa NGO mampu menggerakkan perubahan besar dalam kebijakan internasional meski tanpa kekuasaan formal.
  • Menulis kebijakan luar negeri Indonesia mungkin menjadi favorit kebanyakan akademisi Hubungan Internasional (HI) di Indonesia. Hal ini lumrah sebab sebagai warga negara Indonesia, akademisi HI Indonesia merasa perlu meneliti topik yang dekat dengan mereka. Aspek proximity ini kerapkali menjadi alasan mengapa banyak akademisi HI Indonesia menulis topik riset tentang kebijakan luar negeri Indonesia. Di luar itu, tentu saja ada beragam faktor. Misalnya saja kesadaran akan jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa besar (great nation). Rasa patriotisme tersebut melatarbelakangi penulisan karya ini. Penulisan karya ini bukan dimaksudkan untuk mengglorifikasi identitas personal Indonesia tersebut. Alih-alih, hal ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan alternatif dibandingkan karya-karya sejenis yang hampir semuanya dibingkai menggunakan konsep diplomasi middle power.
  • Buku ini hadir sebagai respons terhadap tantangan global yang semakin meningkat dalam hal perubahan lingkungan dan dampaknya terhadap tata kelola internasional. Dalam beberapa dekade terakhir, perubahan lingkungan global (Global Environmental Change) telah menjadi salah satu isu utama dalam kajian Hubungan Internasional. Oleh karena itu, buku ini berupaya memberikan perspektif komprehensif mengenai bagaimana tata kelola lingkungan di era globalisasi dapat dihadapi dengan cara yang lebih inklusif dan berkelanjutan, terutama melalui lensa gender. Bab pertama buku ini membahas latar belakang kemunculan kajian Hubungan Internasional modern dan pergeserannya menuju isu-isu lingkungan global. Pendekatan ini bertujuan memahami tantangan yang dihadapi oleh sistem politik internasional dalam merespons krisis lingkungan global. Bab-bab selanjutnya menyajikan analisis mendalam tentang teori-teori tata kelola lingkungan, termasuk pendekatan normatif yang menempatkan keamanan lingkungan sebagai nilai global. Kami mengeksplorasi bagaimana kerjasama internasional dapat difasilitasi dalam mengatasi masalah lingkungan, seperti perubahan iklim dan polusi, serta bagaimana keamanan lingkungan mulai diakui sebagai bagian integral dari kebijakan keamanan internasional​​. Melalui perspektif gender, buku ini juga menyoroti peran perempuan dalam pelestarian lingkungan, yang sering kali diabaikan dalam diskusi-diskusi kebijakan publik. Bab khusus mengenai ekofeminisme menjelaskan bagaimana perempuan di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang, memainkan peran kunci dalam menjaga sumber daya alam dan mendorong keberlanjutan​.
  • Buku ini hadir sebagai upaya memahami dinamika ekonomi politik internasional yang kian kompleks di era globalisasi. Di tengah perkembangan teknologi dan perubahan geopolitik yang pesat, isu-isu transnasional seperti perdagangan bebas, integrasi keuangan, hingga tantangan lingkungan hidup menjadi semakin signifikan. Melalui kajian mendalam dalam buku ini, pembaca akan diperkenalkan pada beragam perspektif dan pendekatan dalam melihat dampak globalisasi ekonomi terhadap negara-negara berkembang, terutama dalam konteks ketidaksetaraan, kebijakan ekonomi, dan kedaulatan nasional. Dengan struktur yang sistematis, buku ini menjabarkan topik-topik krusial yang kerap diabaikan dalam diskursus ekonomi konvensional. Pembahasan mengenai aliran modal lintas batas, peran institusi global, serta interaksi antarnegara dalam menyikapi isu perubahan iklim menjadi bagian penting yang diangkat. Buku ini juga mengkaji bagaimana perkembangan ekonomi dunia saat ini menciptakan tantangan dan peluang bagi berbagai negara untuk mengelola ekonomi nasionalnya dalam menghadapi tekanan global. Kami berharap buku ini dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pembaca dalam memahami isu-isu transnasional yang kian mempengaruhi perekonomian internasional. Dengan membaca buku ini, diharapkan pembaca dapat mengembangkan wawasan yang lebih kritis dan luas dalam menelaah interaksi ekonomi dan politik antarbangsa. Semoga buku ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi mahasiswa, peneliti, dan pemerhati ekonomi politik internasional dalam memahami lanskap ekonomi global yang terus berkembang.
  • Buku ini hadir sebagai upaya untuk memperkenalkan dan menggali lebih dalam konsep-konsep penting dalam Ekonomi Politik Internasional (IPE), khususnya yang terkait dengan kekuatan struktural yang membentuk dinamika politik dan ekonomi global. Dalam buku ini, pembahasan difokuskan pada empat struktur utama yang diidentifikasi oleh Susan Strange—produksi dan perdagangan, uang dan keuangan, keamanan, serta pengetahuan dan teknologi—yang menjadi landasan penting dalam memahami interaksi antara kekuasaan, politik, dan ekonomi dalam konteks internasional. Secara garis besar, buku ini memberikan pemahaman mendalam tentang ekonomi politik internasional (EPI) melalui pembahasan struktur-struktur kunci yang membentuk interaksi global, seperti produksi, perdagangan, keuangan, keamanan, dan pengetahuan. Dalam konteks dunia yang semakin terhubung, EPI memainkan peran penting dalam menjelaskan bagaimana kekuatan ekonomi dan politik global bekerja secara bersamaan untuk membentuk kebijakan, aturan, dan norma yang memengaruhi negara-negara di seluruh dunia. Buku ini menyoroti bagaimana negara-negara kuat, institusi internasional, serta perusahaan multinasional menggunakan kekuasaan mereka untuk menciptakan tatanan global yang seringkali lebih menguntungkan mereka, sementara negara-negara berkembang berjuang untuk menavigasi kompleksitas sistem ini. Pembahasan terkait ketidaksetaraan global dalam akses terhadap teknologi, sumber daya, dan pasar juga menjadi tema penting dalam buku ini.
  • Buku ini berusaha mengupas secara mendalam tentang bagaimana pandemi COVID-19 membuka banyak dimensi baru terkait politik global, nasionalisme vaksin, dan distribusi kesehatan masyarakat. Buku ini mengeksplorasi bagaimana distribusi vaksin di seluruh dunia tidak hanya didasarkan pada kebutuhan medis, tetapi juga ditentukan oleh faktor politik, ekonomi, dan nasionalisme. Di banyak negara, terutama negara maju, vaksin dianggap sebagai alat kekuatan nasional dan alat diplomasi, yang menyebabkan ketidakadilan dalam distribusinya, terutama bagi negara-negara berkembang. Buku ini juga menggambarkan bagaimana keraguan vaksin (vaccine hesitancy) dan politisasi vaksinasi menjadi penghambat besar dalam upaya global untuk mengendalikan pandemi. Di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, keraguan ini sering kali didorong oleh informasi yang salah, pengaruh politik, serta peran media yang memperburuk situasi dengan menyebarkan narasi yang saling bertentangan. Situasi ini memicu lebih banyak tantangan dalam upaya vaksinasi massal, yang seharusnya menjadi solusi efektif untuk mengakhiri pandemi. Selain itu, buku ini menyoroti perbedaan dalam respons pemerintah dan masyarakat terhadap vaksin di berbagai belahan dunia. Di beberapa negara, insentif seperti lotere, uang tunai, dan berbagai hadiah lainnya ditawarkan untuk mendorong masyarakat agar mau divaksinasi. Meskipun beberapa inisiatif ini berhasil meningkatkan angka vaksinasi, banyak juga yang tidak berdampak signifikan karena permasalahan politik dan keraguan masyarakat yang sudah terlanjur mengakar.
  • Buku ini berisi pembahasan mengenai konsep globalisasi, mulai dari asal-usul, perkembangan, hingga dampaknya di berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, politik, dan budaya. Kami menguraikan fenomena globalisasi dari sudut pandang sejarah serta teori-teori kunci yang memberikan pemahaman komprehensif tentang bagaimana globalisasi membentuk tatanan dunia saat ini. Selain itu, kami membahas tantangan-tantangan yang muncul akibat ketimpangan sosial dan ekonomi yang diperburuk oleh globalisasi. Buku ini juga menyoroti bagaimana teknologi, terutama digitalisasi, mempercepat arus globalisasi dan memengaruhi kehidupan manusia sehari-hari di abad ke-21. Urgensi mempelajari topik globalisasi tidak dapat disangkal lagi. Dengan memahami fenomena ini, kita dapat lebih siap menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan ekonomi, dan migrasi besar-besaran yang mempengaruhi kehidupan jutaan orang. Buku ini diharapkan mampu menjadi panduan bagi para pembaca dalam memahami kompleksitas globalisasi, sekaligus memotivasi untuk berkontribusi dalam mencari solusi atas dampak negatif yang ditimbulkan.
  • Krisis energi yang melanda dunia beberapa dekade terakhir telah menempatkan banyak negara, termasuk Korea Selatan, dalam posisi yang menantang. Mereka harus menyeimbangkan antara kebutuhan akan keamanan energi, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan ekonomi. Melalui buku ini, penulis berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan krusial mengenai bagaimana Korea Selatan menggunakan diplomasi energinya untuk mengatasi tantangan ini, serta bagaimana kebijakan Green New Deal berperan dalam merancang masa depan energi yang lebih hijau dan berkelanjutan.
  • Karya ini adalah upaya menafsirkan kebijakan luar negeri Indonesia, khususnya di masa pemerintahan Presiden Jokowi, dari perspektif konstruktivisme. Penulis sengaja memilih topik ini karena tak banyak karya sejenis di khasanah literatur berbahasa Indonesia. Mayoritas karya yang pernah ditulis cenderung memakai konsep diplomasi middle power. Penulis beranggapan bahwa kebijakan luar negeri Indonesia terlalu kompleks jika dianalisis hanya menggunakan konsep itu. Karya ini, dengan demikian, berupaya keluar dari kejenuhan intelektual di kalangan akademisi di Indonesia yang mendiskusikan kebijakan luar negeri Indonesia.
  • Penulisan buku ini berangkat dari ketertarikan penulis mengingat banyaknya pihak yang skeptis terhadap efektivitas diplomasi perdamaian tersebut. Penulis mencoba menawarkan cara pandang yang berbeda dari kebanyakan khalayak dalam melihat diplomasi internasional. Apabila dihadapkan pada efektivitas diplomasi, kebanyakan orang pasti melihat hasil akhirnya (output); yaitu apakah diplomasi itu berhasil mencapai tujuan yang dikehendaki atau tidak. Apabila tujuan tercapai, maka diplomasi itu dikatakan berhasil. Sebaliknya, apabila tidak ada hasilnya, maka secara otomatis akan dicap gagal. Dalam konteks ini, penulis beranggapan bahwa diplomasi internasional tidak hanya tentang strategi, yakni bagaimana mencapai hasil yang diinginkan – dalam konteks perang Rusia-Ukraina adalah perdamaian kedua pihak – tetapi juga tentang proses, yakni bagaimana suatu negara konsisten menjalankan kebijakan luar negerinya berdasarkan prinsip tertentu. Karena itu, penulis beranggapan bahwa diplomasi Indonesia ke Ukraina dan Rusia dapat dikatakan berhasil dalam hal konsistensi Indonesia memainkan perannya sebagai ‘peacemaker’. Sebagai negara middle power, peran tersebut terbukti sudah cukup baik dijalankan oleh pemerintahan Jokowi.
  • Buku ini dirancang untuk memberikan panduan praktis kepada mahasiswa Hubungan Internasional (HI) tingkat sarjana dalam penulisan skripsi. Karya sejenis sebenarnya sudah banyak ditulis. Namun, jarang yang secara spesifik memberikan tuntunan praktis yang berfungsi seperti buku pedoman penulisan skripsi. Meskipun tiap-tiap kampus memiliki aturan berbeda-beda tentang standar penulisan skripsi, namun secara garis besar substansi penulisan skripsi bisa dikatakan seragam di mana pun. Perbedaan barangkali hanya pada sistematika penulisan, sedangkan bagian-bagian utama dari skripsi sama saja antara kampus satu dan kampus lainnya.
  • Pertemuan G20 di Bali tidak hanya menjadi ajang bagi Indonesia untuk memperlihatkan kebolehannya dalam diplomasi internasional, tetapi juga menjadi bukti nyata kemampuan bangsa ini dalam menghadapi tantangan global di tengah situasi yang penuh dinamika. Berbagai isu penting seperti perubahan iklim, pemulihan ekonomi pasca pandemi, serta stabilitas dan keamanan internasional menjadi topik yang dibahas secara mendalam pada pertemuan ini. Diplomasi Indonesia berhasil menjembatani perbedaan di antara berbagai negara anggota dan memfasilitasi tercapainya konsensus yang bermanfaat bagi kepentingan global. Buku ini menguraikan dengan rinci langkah-langkah diplomasi yang diambil oleh Indonesia, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan KTT G20 di Bali. Melalui serangkaian analisis dan refleksi, pembaca diajak untuk memahami kompleksitas diplomasi multilateral yang melibatkan berbagai aktor, baik dari sektor pemerintahan maupun non-pemerintahan. Kami juga menyajikan berbagai kisah di balik layar yang menggambarkan tantangan serta strategi yang digunakan oleh para diplomat Indonesia dalam memastikan kesuksesan pertemuan ini.
  • Buku ini, yang berjudul “Diplomasi Energi Amerika Serikat Dalam Mendukung Transisi Energi Terbarukan di Negara Anggota G-20 Pada Era Pemerintahan Joe Biden,” mengkaji bagaimana strategi dan kebijakan energi Amerika Serikat mempengaruhi upaya global untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Salah satu inisiatif penting adalah pengembangan teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS), yang diusung sebagai bagian dari upaya internasional untuk mendukung pengurangan emisi karbon sesuai dengan komitmen G-20 terhadap Paris Agreement. Dalam konteks North and South Diplomacy, peran negara berkembang sebagai pengadopsi teknologi menjadi sangat krusial, terutama dalam upaya global untuk mencapai target-target iklim yang ambisius seperti yang diamanatkan oleh Paris Agreement. Negara-negara maju di belahan bumi utara, seperti Amerika Serikat dan Kanada, memimpin dalam pengembangan dan penerapan teknologi mutakhir seperti Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Sebagai pengadopsi teknologi, negara-negara berkembang dihadapkan pada berbagai tantangan, termasuk keterbatasan infrastruktur, sumber daya finansial, dan kapasitas teknis. Oleh karena itu, North and South diplomacy memainkan peran penting dalam menjembatani kesenjangan ini.
  • Konflik di Darfur telah lama menjadi salah satu konflik yang paling memprihatinkan di dunia, dengan berbagai implikasi kemanusiaan dan geopolitik. Namun, di balik narasi utama tentang penderitaan dan kekacauan, terdapat dinamika yang lebih subtil tetapi tidak kalah penting: bagaimana negara-negara besar seperti Cina memanfaatkan diplomasi energi untuk mengamankan kebutuhan strategis mereka, bahkan di tengah ketidakstabilan yang ekstrem. Cina, sebagai salah satu negara dengan tingkat konsumsi energi terbesar di dunia, telah menempatkan keamanan energi sebagai salah satu pilar utama dalam kebijakan luar negerinya. Buku ini mencoba mengulas bagaimana Cina menjalankan diplomasi energi dalam mengamankan suplai energi dari Sudan di tengah eskalasi konflik yang terjadi di Darfur pada periode 2015-2020. Pemilihan periode ini tidak lepas dari berbagai perkembangan penting dalam geopolitik internasional, termasuk meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut serta perubahan dinamika hubungan internasional yang dipengaruhi oleh perubahan kepemimpinan global.
  • Buku ini terdiri dari sepuluh bab yang dirancang secara sistematis untuk memperkenalkan dan mendalami teori-teori kunci dalam hubungan internasional. Bab pertama memberikan landasan dasar mengenai studi dan teori hubungan internasional, yang penting bagi pembaca untuk memahami konteks dan relevansi teori-teori yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya. Bab II membahas Mazhab Inggris, sebuah pendekatan yang menekankan pentingnya norma, hukum internasional, dan masyarakat internasional dalam hubungan antarnegara. Selanjutnya, Bab III memperkenalkan Konstruktivisme, sebuah teori yang menyoroti peran ide dan identitas dalam membentuk politik global. Bab IV mengupas Teori Kritis, yang mengajak kita untuk melihat hubungan internasional melalui lensa kritis, mempertanyakan struktur kekuasaan dan ketidakadilan yang ada. Bab V melanjutkan dengan pembahasan mengenai Neomarxisme, yang berfokus pada dinamika ekonomi politik global dan ketidaksetaraan struktural. Post Strukturalisme, yang menjadi fokus Bab VI, menawarkan perspektif yang berbeda dalam memahami hubungan internasional, dengan menekankan analisis diskursif dan dekonstruksi. Bab VII kemudian mengangkat Feminisme, yang mengkritisi bias gender dalam studi hubungan internasional dan mendorong inklusivitas dalam analisis global. Di Bab VIII, Green Theory diperkenalkan sebagai pendekatan yang menekankan pentingnya keberlanjutan lingkungan dalam hubungan internasional. Bab IX melengkapi pembahasan dengan teori-teori non-Barat, yang menantang dominasi teori Barat dalam studi hubungan internasional dan menawarkan perspektif alternatif yang lebih beragam. Akhirnya, Bab X menyajikan kesimpulan yang merangkum seluruh pembahasan, memberikan refleksi kritis, serta menawarkan pandangan ke depan bagi studi hubungan internasional.
  • Buku ini, “Cave Hic Dragones: Memahami Kekuatan Struktural dalam Ekonomi Global”, hadir untuk memperkuat pemahaman mahasiswa mengenai dinamika Ekonomi Politik Internasional (IPE) dan cara mempelajarinya dari tataran teoretis hingga pada aras yang lebih membumi di ranah implikasi praktisnya. Sebagai mahasiswa Hubungan Internasional, penting untuk memahami kekuatan struktural yang membentuk ekonomi global dan bagaimana kekuatan tersebut mempengaruhi negara kita. Dengan pemahaman ini, kita dapat lebih waspada dan siap menghadapi tantangan yang datang dari kekuatan eksternal yang terus berubah. Judul buku ini, “Cave Hic Dragones,” diambil dari frasa Latin yang berarti “Hati-hati, di sini ada naga.” Frasa ini digunakan pada peta kuno untuk menandai daerah-daerah yang belum dipetakan atau berbahaya, di mana penjelajah mungkin menghadapi risiko yang tidak diketahui. Dalam konteks buku ini, frasa tersebut menggambarkan dunia ekonomi politik internasional yang kompleks dan seringkali penuh dengan risiko dan ketidakpastian. Ekonomi global saat ini penuh dengan “naga”—tantangan struktural dan dinamika kekuasaan yang dapat mempengaruhi stabilitas dan kesejahteraan negara. Dalam buku ini, kita akan menjelajahi berbagai konsep dan perspektif dalam IPE, mulai dari sejarah perkembangannya hingga teori-teori kontemporer yang relevan. Kita akan mempelajari bagaimana kebijakan laissez-faire dan kapitalisme mempengaruhi perekonomian global, serta bagaimana merkantilisme dan neomerkantilisme tetap relevan di era modern ini. Selain itu, kita juga akan mendalami perspektif strukturalisme yang menyoroti ketimpangan dan eksploitasi pasar, serta struktur-struktur utama dalam ekonomi politik internasional seperti keamanan global, produksi dan perdagangan global, moneter dan finansial global, serta pengetahuan dan teknologi global. Pembelajaran EPI sangat relevan dalam konteks globalisasi saat ini, di mana interkoneksi antara negara-negara semakin erat dan kompleks. Sebagaimana dinyatakan oleh Stiglitz (2002), globalisasi membawa serta tantangan dan peluang yang harus dihadapi dengan bijak dan penuh kesiapsiagaan. Globalisasi ekonomi mempercepat aliran barang, jasa, dan modal antar negara, tetapi juga meningkatkan risiko ketidakstabilan ekonomi global yang dapat berdampak signifikan pada ekonomi domestik.
  • Buku ini bertujuan untuk memperkenalkan, mendalami, dan mengkontekstualisasikan bagaimana konstruktivisme menjadi pendekatan yang signifikan dan relevan dalam memahami dinamika politik internasional. Dengan pendekatan yang interdisipliner, buku ini menyajikan kerangka teoritis, metodologi, serta analisis empiris yang kaya dan komprehensif. Pendekatan konstruktivisme dalam Hubungan Internasional menekankan pada pentingnya norma, identitas, dan interaksi sosial dalam membentuk kepentingan dan perilaku negara. Berbeda dengan pendekatan realis dan liberal yang lebih menekankan pada materialitas dan rasionalitas, konstruktivisme menawarkan perspektif yang lebih dinamis dan kontekstual. Buku ini menjelaskan bagaimana identitas dan norma terbentuk, dipertahankan, dan dapat berubah melalui proses interaksi sosial dan politik. Bab-bab awal buku ini akan memperkenalkan dasar-dasar teori konstruktivisme, sejarah perkembangannya, serta tokoh-tokoh penting yang telah berkontribusi dalam mengembangkan pendekatan ini. Selanjutnya, pembaca akan diajak untuk mengeksplorasi berbagai studi kasus yang mengilustrasikan bagaimana norma dan identitas mempengaruhi kebijakan luar negeri dan hubungan antar negara. Studi-studi ini tidak hanya memberikan pemahaman teoritis, tetapi juga menawarkan wawasan praktis tentang bagaimana kebijakan internasional dapat dianalisis dan dipahami melalui lensa konstruktivisme. Selain itu, buku ini juga membahas berbagai metodologi yang dapat digunakan dalam penelitian konstruktivis, mulai dari analisis wacana hingga studi etnografis. Penulis berupaya untuk menunjukkan bagaimana metode-metode ini dapat diterapkan dalam penelitian konkret untuk menggali dinamika sosial dan politik yang kompleks.
  • Dalam beberapa dekade terakhir, diplomasi publik telah menjadi instrumen penting dalam hubungan internasional, khususnya bagi Cina. Buku "Diplomasi Publik Cina ke Indonesia Di Era Presiden Hu Jintao dan Presiden Xi Jinping" hadir untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang bagaimana Cina memanfaatkan diplomasi publik untuk memperkuat hubungannya dengan Indonesia selama masa pemerintahan kedua presiden ini. Pada era Presiden Hu Jintao, hubungan Cina-Indonesia mengalami peningkatan pesat dengan fokus pada kerjasama ekonomi dan perdagangan, sementara di era Presiden Xi Jinping, inisiatif besar seperti Belt and Road Initiative (BRI) memainkan peran penting dalam memperkuat pengaruh Cina di Indonesia.
  • Dalam era perubahan iklim global dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan, diplomasi hijau atau green diplomacy muncul sebagai instrumen penting dalam hubungan internasional. Buku "Green Diplomacy in Action: Diplomasi Lingkungan Amerika Serikat-Indonesia melalui Skema Debt for Nature Swap" bertujuan untuk mengupas tuntas bagaimana kedua negara menjalin kerja sama dalam upaya konservasi lingkungan melalui mekanisme inovatif yang dikenal sebagai debt for nature swap. Buku ini tidak hanya menggambarkan kerangka kerja diplomasi hijau tersebut, tetapi juga menyoroti keberhasilan, tantangan, dan dampak dari implementasinya.
  • Dalam dunia yang semakin terhubung dan saling ketergantungan ini, energi menjadi salah satu faktor kunci yang menggerakkan dinamika geopolitik global. Buku "Geopolitik Energi Norwegia: Tuduhan War Profiteering dalam Ketegangan Rusia-Uni Eropa" hadir untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai peran Norwegia dalam lanskap energi Eropa dan bagaimana dinamika ini dipengaruhi oleh ketegangan antara Rusia dan Uni Eropa. Buku ini bertujuan untuk mengeksplorasi berbagai tuduhan terhadap Norwegia terkait dugaan war profiteering dalam situasi yang kompleks dan sarat kepentingan politik ini.
  • Terjadinya Perang Korea di tahun 1950 hingga 1953 merupakan salah satu dampak dari Perang Dingin, di mana perang tersebut telah menimbulkan persaingan ideologi antara Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet (Cahyo, 2012). Melalui adanya persaingan antara kedua blok tersebut telah memberikan dampak yang cukup besar di beberapa kawasan, khususnya Asia Timur di mana telah terjadinya perebutan wilayah kekuasaan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet di Semenanjung Korea yang menimbulkan perpecahan Korea. Korea Utara sendiri telah menjadi negara sosialis yang dipimpin oleh Kim Il Sung dan didominasi oleh Blok Timur. Sementara, Korea Selatan telah didominasi oleh pengaruh dari Blok Barat dan menjadi negara kapitalis.
  • Naskah ini disusun sebagai respons terhadap tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengelola dan membangun wilayah perbatasan negara yang merupakan area kritis dari kedaulatan dan integritas nasional. Buku ini adalah hasil dari kajian mendalam dan diskusi berkelanjutan mengenai dinamika geopolitik yang mempengaruhi Indonesia serta tantangan dan peluang dalam pengelolaan batas wilayah dan kawasan perbatasan. Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki kompleksitas geografis dan geopolitik yang unik. Posisi strategisnya di jalur perdagangan dan lalu lintas maritim global menjadikan pengelolaan batas wilayah dan kawasan perbatasan tidak hanya penting bagi integritas teritorial, tapi juga bagi stabilitas regional dan keamanan nasional. Melalui buku ini, kami berusaha menyajikan analisis mendalam tentang kebijakan-kebijakan dan strategi yang telah dan sedang diterapkan oleh Indonesia dalam menghadapi berbagai isu terkait batas wilayah dan kawasan perbatasan.
  • Karya ini lahir sebagai wujud rasa syukur Tim penulis dalam menyaksikan kedigdayaan Tuhan atas limpahan nikel di perut bumi Indonesia. Nikel menjadi komoditas primadona yang diburu bangsa lain, sedangkan keberlimpahan di negeri sendiri tetap ada batasnya. Eksistensi nikel ini lantas mampu menimbulkan semacam “kutukan” apabila tidak didayagunakan secara efektif dan maksimal. Eksploitasi nikel tentu tidak bisa dilakukan secara sembarangan dan perlu memenuhi aspek keberlanjutan serta tidak boleh meninggalkan prinsip keselarasan dalam Pancasila. Nikel sebagai komoditas primadona di mata dunia dalam kacamata yang lebih luas dapat dikaji dari sudut pandang trilema energi hingga perdagangan dan diplomasi global. Oleh sebab itu, buku ini menyediakan analisis yang kompleks dan menyeluruh terkait apapun yang Anda butuhkan untuk membedah eksistensi nikel. Sejarah, perkembangan industri nikel di Indonesia, instrumentalisasi diplomasi global untuk menyokong konstelasi nikel Indonesia di pasar global, upaya mencapai aspek keberlanjutan dalam mengeksploitasi nikel, hiruk pikuk konflik nikel di Indonesia hingga nilai-nilai Pancasila yang secara implisit mampu kita temukan dari komoditas nikel itu sendiri. Dengan demikian, buku ini diharapkan dapat menjadi media untuk membuka cakrawala pembaca dari segala latar belakang guna bersama-sama memahami, menyadari, mengakui, dan peduli terhadap realitas dari nikel Indonesia. Cambuk pedas rantai globalisasi yang berusaha mencaplok nikel Indonesia di era globalisasi ekonomi ini begitu terasa implikasinya ketika Uni Eropa harus turun tangan untuk menyelamatkan kepentingannya, tanpa dapat mengelak bahwa terdapat juga ketergantungan negara adidaya terhadap berkelimpahannya nikel dalam negeri. Oleh sebab itu, Tim penulis juga berharap pembaca dari seluruh kalangan mampu menyadari bahwa perlu dijaganya nikel Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia agar tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan bangsa asing.
  • Dalam sorotan tajam sejarah, kita menemukan momen-momen yang mengubah arah perjalanan peradaban manusia. Salah satu momen bersejarah terbaru yang membuka jendela bagi pemahaman dan refleksi adalah buku ini, yang menggali lapisan terdalam motif di balik serangan militer berskala besar oleh Rusia ke Ukraina pada tanggal 24 Februari 2022. Buku ini tidak hanya menjadi babak baru dalam sejarah Ukraina, tetapi juga menjadi peristiwa yang menarik perhatian dunia internasional. Buku ini bertujuan untuk meresapi esensi tindakan luar negeri Rusia dalam bingkai interaksi antara agen dan struktur di sistem internasional. Awalnya, eskalasi konflik antara Rusia dan Ukraina muncul dari ketidaksetujuan antara NATO, Amerika Serikat, dan Rusia tentang perluasan keanggotaan NATO di Eropa Timur, terutama Ukraina. Namun, kisah ini lebih dari sekadar perbedaan pandangan; ini adalah pertempuran konsep dan persepsi yang membentuk keputusan dan tindakan negara-negara besar. Buku ini melibatkan pendekatan kualitatif dengan fokus pada aspek historis dan interpretasi kerangka kerja. Penulis akan memandang peristiwa ini melalui lensa konstruktivisme sosial dengan menggunakan pendekatan tripartite sebagai instrumen analisis. Melalui pengumpulan data dari berbagai sumber literatur, buku ini membuka pintu untuk memahami bagaimana kapabilitas nonmaterial dan faktor-faktor struktural memengaruhi persepsi agen dalam menghadapi kondisi objektif tertentu, yang pada gilirannya membentuk landasan kebijakan luar negeri mereka. Dalam konteks ini, buku ini menganalisis bagaimana setting sosial politik dan situasi geopolitik yang melingkupi Rusia dan Ukraina membentuk persepsi Rusia. Hasil analisis ini kemudian membawa kita ke dalam dimensi dispositional, di mana preferensi dan pilihan kebijakan Rusia mulai terungkap. Pada akhirnya, ini adalah kisah tentang perjalanan dari dimensi struktural hingga dimensi dispositional, yang membimbing langkah-langkah intensi luar negeri Rusia yang mendebarkan. Buku ini adalah persembahan kepada mereka yang mencari pemahaman lebih dalam tentang dinamika politik internasional dan konflik geopolitik. Semoga buku ini menginspirasi pembaca untuk terus memperjuangkan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia yang kompleks ini dan mengejar perdamaian serta stabilitas global yang lebih baik.
  • Buku ini berfokus pada tiga tema sentral; ASEAN, Poros Maritim Dunia, dan krisis kemanusiaan etnis Rohingya di Myanmar. Ada alasan tersendiri mengapa penulis membahas tiga hal tersebut. Pertama, ASEAN merupakan sokoguru politik luar negeri Indonesia. Komitmen terhadap ASEAN sudah menjadi keharusan bagi setiap pemimpin. Di era kepemimpinan Presiden Jokowi, komitmen ini mula-mula tidak muncul lantaran kuatnya corak pragmatis kebijakan luar negeri Jokowi. Namun di periode kedua pemerintahannya, Jokowi mulai menganggap ASEAN penting sehingga peran kepemimpinan regional Indonesia kembali pulih. Kedua, gagasan Poros Maritim Dunia penting dibahas karena doktrin ini menjadi ujung tombak strategi besar kebijakan luar negeri Jokowi, khususnya di periode pertama. Gagasan ini canggih, visioner namun aplikatif. Artinya, Poros Maritim Dunia bukan sekadar jargon. Ironisnya, gagasan ini lenyap begitu saja ketika Jokowi memerintah Indonesia untuk kedua kalinya. Hal ini menuntut penjelasan. Ketiga, isu Rohingya menarik dikaji karena menguji komitmen Indonesia sebagai pencipta perdamaian serta pemimpin kawasan. Setiap rezim umumnya memiliki corak kebijakan luar negeri masing-masing, yang seringkali malah bertolakbelakang satu sama lain. Menariknya, baik kebijakan luar negeri Yudhoyono maupun Jokowi sama-sama menaruh perhatian serius terhadap isu Rohingya. Artinya, tentu ada faktor yang membuat kedua rezim berkomitmen terhadap isu tersebut. Ini juga menuntut penjelasan.
  • Karya ini merupakan himpunan pemikiran tentang kiprah politik luar negeri Indonesia sejak era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sampai Joko Widodo. Selain itu, karya ini juga menyoroti isu keamanan internasional di kawasan Asia seiring dengan menguatnya pengaruh China di Indo-Pasifik serta krisis keamanan di Semenanjung Korea dan Laut China Selatan. Penulis juga mendiskusikan bagaimana ASEAN sebagai organisasi regional menyongsong integrasi menuju sebuah komunitas tunggal di Asia Tenggara, bagaimana perannya di tengah rivalitas negara adidaya, serta bagaimana ASEAN mengelola disparitas diantara negara anggotanya. Namun demikian, karya ini lebih dominan menyoroti politik luar negeri Indonesia sebagai bahan refleksi dan evaluasi bagi pemimpin-pemimpin Indonesia di masa mendatang bagaimana menavigasi gejolak geopolitik abad-21 yang semakin sulit diprediksi.
Go to Top