-
In these pages, readers will find a tapestry of themes that challenge conventional narratives surrounding Muslimah identity. The text delves into how literature serves as both a mirror and a canvas—reflecting societal realities while also imagining transformative possibilities. By centering the voices of Muslimah writers, this work highlights the dynamic interplay of tradition and modernity, the personal and the political, and the sacred and the secular. Each chapter invites us to consider how literature can act as a powerful medium for self-expression, resistance, and empowerment. What sets this book apart is its commitment to exploring the dual roles of leadership and motherhood—roles often viewed in tension but here presented as complementary facets of identity. The narratives discussed challenge stereotypes and offer alternative portrayals of Muslim women as decision-makers, nurturers, and changemakers. Whether through poetry, prose, or memoir, these stories resonate with universal themes of love, sacrifice, and ambition, making them both deeply personal and broadly relatable.
-
Buku ini terbagi dalam lima Bab yakni: Bab I sampai dengan Bab V. Bab I terdiri 3 sub pokok bahasan: A. Kewartawanan membahas masalah kegiatan jurnalistik dari awal secara singkat. B. Wartawan. Pada bagian ini yang dibahas adalah masalah wartawan, konsep wartawan, bagaimana wartawan yang baik. Bagian terakir sub. bab ini: C. Syarat-syarat wartawan. Bagian ini penulis sajikan syarat syarat menjdi seorang wartawan dan juga sikap dasar seorang wartawan. Bab. II. Mencari Berita. Ada tiga pokok bahasan dalam bab dua ini yakni Konsep berita. Jenis Jenis berita dan cara mencari berita. Secara global bab dua membahas definisi definisi berita dari beberapa ahlli, unsur unsur berita, unsur kemenarikan berita, jenis jenis berita dari berbagai sudut pandang, cara memperoleh berita dan maslah wawancara yang membahas jenis wawancara, persiapan persiapan Pra wawancara, waktu wawancara dan pasca wawancara. Bab. III. Menyusun berita, bahasannya adalah kaidah kaidah keharusan, perlunya menyusun berita, yang perlu dilakukan wartawan sebelum menulis berita, model atau bentuk bangun berita. Bab. IV. Bahasa Jurnalistik. Bahasan pada bagian ini meliputi: konsep bahasa jurnalistik dari beberapa pakar, ketentuan dalam bahasa jurnalistik. Bab V. Pada bab penulis membahas tentang, kepala berita meliputi untuk apa kepala berita ditulis, isi, bahasa kepala berita dan bentuk kepala berita, teras berita bahasannya meliputi, pengertian teras berita atau lead, jenis jenis teras berita, dan juga badan atau tubuh berita serta berita media cetak, radio dan televisi.
-
Dalam konsep kesetaraan gender, keadilan seringkali termasuk di dalam fokus permasalahannya, yang mana perempuan belum mendapatkan posisi yang sama dengan laki-laki, baik di dalam urusan rumah tangga, masyarakat maupun kepentingan publik lainnya. Ketidakadilan tersebut bertahan hingga kini karena berbagai faktor, seperti budaya, mindset terdahulu, pemahaman tafsir kitab agama, konstruksi sosial bahkan ekonomi seseorang maupun kelompok. Banyak penilaiaan yang beredar di kalangan masyaraat modern bahwa termasuk golongan yang belum menyetujui konsep kesetaraan gender adalah dari kalangan pondok pesantren, mereka masih enggan sepakat dengan pernyataan tersebut. Sayangnya penilaian tersebut belum disertai dengan data dukung yang memadai, sehingga belum sepenuhnya dapat dipertanggung jawabkan. Di sisi lain, sebenarnya kebudayaan yang telah turun menurun telah mengakar hingga generasi saat ini, termasuk di kalangan pesantren, baik kyai, bu nyai dan santri sudah mempunyai kesadaraan akan kesetaraan terebut, ini terbukti dari hasil pengamatan sementara tampak masing-masing dari mereka memiliki peran masing-masing dalam mengelola pesantren. Selain itu juga persaingan sehat secara bebas antara laki-laki dan perempuan dalam bidang keilmuan sudah terbuka.
-
Penelitian ini merupakan penelitian seputar Walisongo namun dengan menggunakan pendekatan baru yaitu anlisis wacana kritis. Pendekatan ini akan menganalisa narasi Walisongo yang ada di media sosial YouTube. Meskipun video YouTube tidak semuanya bersifat ilmiah, namun pengaruh YouTube terhadap masyarakat di era digital ini tidak begitu saja dapat diabaikan. Hari ini YouTube dapat berfungsi layaknya perpustakaan. YouTube bukan saja sekedar hiburan namun juga telah menjadi rujukan pengetahuan dan media yang dapat mempengaruhi opini masyarakat. Selama ini masyarakat mempunyai anggapan bahwa Walisongo merupakan tokoh penyebar agama Islam yang moderat. Spirit moderasi yang terdapat pada Walisongo ditunjukan dengan sikap akomodatif Walisongo terhadap budaya lokal dalam menyebarkan Islam di Nusantara. Namun begitu, di media sosi YouTube justru terdapat opini yang berbeda. Walisongo yang dikenal moderat justru dinarasikan berbeda di media sosial khususnya di YouTube. Berdasarkan hal itu, maka penelitian ini berusaha untuk mengetahui bagaimana Walisongo dinarasikan dalam media sosial seperti YouTube. Tidak cukup hanya itu, penelitian ini juga ingin melihat apakah terdapat pengaruh ideologi tertentu, khususnya ideologi agama yang membentuk narasi Walisongo di media sosial YouTube.
-
Buku ini mengajak kita untuk merasakan sudut pandang seorang pemuda, yang dalam pengelanaannya mendapatkan benturan antara teori, imajinasi, dan realita. Satu hal yang paling menarik bagi saya, Nizar mampu sedemikian rupa mengolah rasanya, sehingga mampu mencapai sudut pandang perempuan, dengan berbagai macam belenggu yang masih terjadi sampai hari ini. —Fitri Nganthi Wani
-
Penelitian terkait bahan ajar bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA) ternyata cukup langka. Padahal, minat warga penutur asing untuk mempelajari bahasa Indonesia semakin meningkat. Namun hal ini masih terkendala dengan kurang tersedianya bahan ajar BIPA yang memadai. Kelangkaan dan keterbatasan bahan ajar merupakan masalah utama yang sering dihadapi pengajar dalam kegiatan proses belajar mengajar dalam pembelajaran BIPA. Oleh karena itu, menjadi penting untuk menerbitkan hasil penelitian terkait pengembangan bahan ajar BIPA, terutama di negara-negara yang masih jarang seperti Polandia. Buku ini mencoba menjawab (1) Bagaimana pengembangan model pembelajaran BIPA berbasis kebudayaan Islam moderat? (2) Bagaimana implementasi model pembelajaran BIPA berbasis kebudayaan Islam moderat di University of Adam Mickiewics, Institute of Linguistic, Indonesian and Malay Filology Program at Poland? (3) Bagaimana dampak pembelajaran BIPA berbasis kebudayaan Islam moderat di University of Adam Mickiewics, Institute of Linguistic, Indonesian and Malay Filology Program at Poland? Hasil dari penelitian ini cukup penting, yakni pengembangan model pembelajaran BIPA berbasis kebudayaan Islam moderat merupakan kunci sukses yang sangat penting dalam mendukung citra bangsa di mata dunia; implementasi model pembelajaran BIPA berbasis kebudayaan Islam moderat di universitas luar negeri masih membutuhkan perhatian semua, dan ; Ketiga, dampak pembelajaran BIPA berbasis kebudayaan Islam moderat sangat positif dan signifikan bagi semua pihak, khususnya dalam hubungan Indonesia dan Polandia. Akhirnya, kami mengucapkan selamat membaca dan semoga buku ini memberi manfaat bagi kita semua, terutama penguatan bahasa Indonesia dan Islam moderat sebagai soft-power diplomacy yang efektif.