Buku ini mengajak kita untuk merasakan sudut pandang seorang pemuda, yang dalam pengelanaannya mendapatkan benturan antara teori, imajinasi, dan realita. Satu hal yang paling menarik bagi saya, Nizar mampu sedemikian rupa mengolah rasanya, sehingga mampu mencapai sudut pandang perempuan, dengan berbagai macam belenggu yang masih terjadi sampai hari ini.

—Fitri Nganthi Wani